Minggu, 22 Juli 2012

Kawasan Candi Gambar Wetan sebagai Aset Kepurbakalaan Jaman Hindu Budha Kabupaten Blitar

Abstract:
Gambar Wetan Temple is one of the Majapahit State Temple, this temple have health resort function for King Hayam Wuruk and ancestors soul altar. Gambar Wetan Temple have interesting environment for tourist to visit sub-province of Blitar because this temple’s environment still natural and most of the people do not know where the place of the temple.
Jawa Timur memiliki banyak aset pariwisata mulai dari wisata bahari, wisata ziarah, wisata kota tua, sampai wisata kepurbakalaan. Hal ini merupakan kekayaan tersendiri bagi masyarakat maupun pemerintah daerah yang sangat menguntungkan dari segi ekonomi maupun budaya. Potensi daerah- daerah di Jawa Timur ini perlu dikembangan baik dalam pemeliharaan, perlindungan maupun pengenalannya kepada masyarakat lokal maupun Internasional, karena jika hal ini dapat dilakukan dengan baik maka akan menarik wisatawan domestik maupun Asing untuk mengunjungi pariwisata yang ada di Provinsi Jawa Timur.
Blitar salah satu contoh daerah di Jawa Timur yang memiliki Ikon pariwisata kepurbakalaan berupa candi khususnya peninggalan kerajaan Majapahit yang tersebar diseluruh wilayah kota maupun kabupaten Blitar. Namun dalam pengembangan aset pariwisata, pemerintah banyak menemui kendala, baik dari dalam maupun dari luar seperti tenaga pemelihara dan juga pendanaan pemeliharaan Objek wisata terutama candi. Karena sampai sekarang pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten belum bisa memperhatikan secara menyeluruh dari potensi yang dimiliki oleh masing- masing kawasan candi- candi di Blitar. Bahkan akses pengenalan dan informasi mengenai Benda Cagar Budaya (BCB) di Blitar sangat sulit untuk diakses baik oleh masyarakat sendiri maupun wisatawan dari luar daerah.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah dalam upaya pengembangan potensi wisata serta pemeliharaannya. Selain itu pengenalan terhadap masyarakat terutama generasi muda perlu ditingkatkan karena nilai lebih dari wisata kepurbakalaan selain nilai wisata juga memiliki nilai pendidikan atau pembelajaran bagi siswa yang sangat menunjang proses belajar dan pengenalan lebih dini terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah dan nilai budaya yang terkandung didalamnya.
Uraian di atas membuat kami tertarik untuk melihat seperti apa potensi yang dimiliki kawasan Candi Gambar Wetan sehingga dapat dijadikan aset pariwisata kabupaten Blitar serta Apa sajakah faktor yang menghambat dalam pengembangan Candi Gambar Wetan dan Bagaimana cara pengembangan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh kawasan Candi Gambar Wetan. Dalam penulisan ini kami mengungkapkan makna dibalik fenomena yang ada dengan deskripsi tebal (thick description)
Peninggalan-peninggalan Arsitektur Bercorak Hindu
Bentuk peninggalan arsitektur bercorak Hindu adalah candi, arca, keraton, gapura, petirtaan dan pertapaan.
(1) Candi, Kata Candi berasal dari kata Candikagrha yang bermakna rumah candika. Candika merupakan salah satu nama dari Dewi Durga atau Dewi Kematian sehingga kata candi digunakan untuk menyebut bangunan suci Hindu yang berhubungan dengan kematian para raja atau tokoh- tokoh terkemuka. Karena memiliki fungsi sebagai tempet penyimpanan atau penanaman abu jenazah serang raja. Candi sebagai bangunan terdiri atas 3 bagian yaitu kaki, tubuh dan atap.
(2) Arca adalah patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia atau binatang. Fungsi Arca sebagai media untuk menjalankan semedi, sebagai berhiasan bangunan atau sebagai patung kuburan yang ditempatkan pada bilik.
(3) Petirtaan merupakan tempat pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan misalnya petirtaan di Jolotondo dan Tirtha Empul di Bali.
(4) Gapura merupakan bangunan yang berupa pinti gerbang ada yang beratap serta berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi yang terbelah dua. Misalnya Gapuura di belahan, Wringin Lawang di Trowulan
(5) Pertapaan merupakan bangunan yang diceukkan pada suatu gua batu dan difungsikan sebagai tempat tinggal para pertapa. Misalnya gua Selomangleng yang terletak di Kediri dan goa gajah di Bedulu, Bali.
(6) Keraton merupakan rumah tempat tinggal ratu atau raja misalnya keratn kuno Majapahit yang terletak didaerah Trowulan Mojokerto.
Candi sebagai Ikon Pariwisata Kota Blitar
Blitar salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki kekayaan wisata kepurbakalaan terbanyak yaitu candi peninggalan kerajaan Majapahit yang tersebar lebih dari 25 Kawasan di kota maupun kabupaten Blitar. Antara lain Candi Bacem (Sutojayan, Blitar),Candi Boro (Sanan Kulon, Blitar),Candi Kalicilik (Ponggok, Blitar),Candi Kotes (Gandusari, Blitar),Candi Wringin Branjang (Gandusari, Blitar,)Candi Sawentar (Kanigoro, Garum, Blitar),Candi Sumbernanas (Ponggok, Blitar),Candi Sumberjati atau Candi Simping (Suruhwadang, Blitar), Kompleks Percandian Penataran (Nglegok, Blitar), Candi Penataran (Nglegok, Blitar),Candi Gambar Wetan (Nglegok, Blitar),Candi Plumbangan (Doko, Blitar Candi Tepas (Kasembon, Blitar). Oleh karena itu Candi sebagai Ikon Pariwisata kota Blitar selain Kota Bung Karno.
Arsip Tentang Candi Gambar versi Dinas Pariwisata Kab. Blitar
Candi Gambar Wetan adalah sebuah candi yang terletak di kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi Gambar Wetan terletak 7 km ke arah utara Candi Panataran, sedangkan Panataran terletak 12 km utara Kota Blitar. Tidak ada kendaraan umum yang secara khusus bisa mengangkut wisatawan langsung ke Candi Gambar Wetan tetapi dapat dengan menumpang truk pasir ke arah penambangan pasir atau disebut juga dengan "laharan" di sebelah selatan perkebunan Candi Sewu.Sebagian dari keseluruhan tanah di sekitar candi ini tanah berpasir karena candi ini terletak di sebelah sebelah selatan Gunung Kelud dan menjadi aliran lahar Gunung Kelud.
Candi ini dapat ditempuh dengan menumpang truk pasir ke arah utara 7 km dan baru berjalan kaki ke arah candi dengan melewati wilayah perkebunan tebu  (dahulu perkebunan kopi pada zaman belanda).Candi ini tidaklah utuh (dapat dilihat dalam gambar disamping) Hanya tinggal batur candi yang masih utuh dengan sebagian relief yang masih tersisa. Bagian lain dari komponen areal ini adalah 2 buah dwarapala yang menjaga di pinggir tangga masuk candi ini. Candi berada diatas puncak bukit dengan melalui tangga yang dibuat dengan dwarapala yang menjagany). Berdasarkan berbagai gaya yang ditemui dari sisa hiasannya, candi ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Majapahit.hal ini dapat dilihat dari model arsitektur candi pada puncaknya terdapat bentuk ratna, seperti candi selogriyo, candi prambanan, candi sambisari - relief cerita di dingding candi misal di candi prambanan yaitu ramayana dan krisnayana - terdapat arca dewi trimurti (brahma, siwa, wisnu), durgamahisasuramardini, agastya, ganesha (baik dalam bilik candi maupun relung dinding candi).
Selain itu  candi ini juga letaknya juga tak jauh dari kompleks candi penataran yang merupakan lambang dari ketatanegaraan majapahit yang teratur secara rapi. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa candi gambar wetan ini merupakan hasil dari peninggalan kerajaan hindu majapahit yang dibangun berdekatan dengan kompleks candi penataran. (Narasumber Bapak Basuki)
Arti penting Pariwisata bagi Kabupaten Blitar
•    Menarik investor
•    Menambah pendapatan daerah di sektor pariwisata
•    Memperluas lapangan kerja melalui peran investor
•    Mengembankan potensi kepariwisataan
•    Menarik wisatawan
•    Mencari predikat sebagai kota wisata
Hambatan Pemerintah Kabupaten Blitar
Hambatan pemerintah kabupaten Blitar tentang pengelolaan sektor pariwisata serta pengembangannya
•    Kurangnya anggaran daerah untuk sektor  pariwisata
•    Kurangnya kesadaran pengunjung atas partisipasi pengelolaan lokasi wisata (coret-coret candi, perusakan infrastruktur tempat wisata dll.)
•    Kurang adanya SDM yang ahli di bidang kepariwisataan sejarah ( kurangnya tenaga tour guider)
•    Kurangnya Tenaga kerja yang ditugaskan untuk mengurusi sektor kepariwisataan)
•    Obyek wisata tergolong cenderung tak menarik lagi (pengunjung mulai bosan)
•    minimnya fasilitas yang menunjang kegiatan kepariwisataan
•    minimnya pengetahuan investor, sehingga jarang ada investor yang ingin berinvestasi
Potensi Dari Kawasan Candi Gambar
a. Nilai Wisata/ Ekonomis
Ditinjau dari letak Candi Gambar wetan sangat strategis karena saling berdekatan dengan lokasi tempat wisata lain seperti Candi Penataran dan Wisata gunung Kelud, hal ini merupakan potensi yang sangat baik jika dikembangkan dan akan menarik wisatawan untuk mengunjungi beberapa tempat pariwisata secara berurutan.
b. Nilai Sosial dan Budaya
Masyarakat didaerah ini masih mengenal kepercayaan mistis yang terdapat di kawasan Candi Gambar Wetan sehingga pada Jumat Legi masyarakat sekitar selalu melakukan upacara adapt yang disebut jug dengan istilah nyadran dan selametan dipimpin oleh tokoh adapt dengan balutan tradisi kejawen hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat prosese acara adat tersebut
c.  Nilai Kealamian/ Naturalis
Kawasan Candi Gambar masih sangat asri karena masih belum banyak terjamah oleh manusia kawasannya juga terletak diatas bukit memiliki udara yang sejuk dan tidak akan ditemui pada wisata candi di kabupaten blitar lainnya. Ini juga merupakan nilai tambah karena wisatawan dapat menikmati sensasi alam yang masih alami.
d.  Nilai Pendidikan/ pembelajaran
Candi Gambar Wetan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit dari anpan dari Candi Penataran sehingga memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Jadi dapat dijadikan tujuab isata pendidikan bagi siswa yang ingin lebih mengenal sejarah dan benda Cagar Budaya.
Candi Gambar Wetan
Candi Gambar Wetan berlokasi di Dusun Gambar desa Sumber Asri Kecamatan Ngelegok Kabupaten Blitar. Jarak dari kota Blitar menuju Candi gambar ± 20 km. Letak Candi ini cukup syrategis ditinjau dari lokasi pariwisata lain yaitu ± 7 Km dari candi Penataran dan ± 13 Km dari wisata Gunung Kelud, candi Gambar wetan ini berangka tahun 1260 saka. Hal tersebut diketahui dari pahatan pada kaki salah satu arca Dwarapala. Candi ini merupakan peninggalan gari kerajaan Majapahit dan sering digunakan sebagai tempat peristirahatan sementara Hayam Wuruk dalam perjalanannya menuju Candi Utama yaitu Candi Penataran. Sehingga Candi Gambar Wetan dapat dikatakan sebagai “ampean” dari Candi Penataran. Sebelumnya Candi ini bernama Candi Bodo namun seiring berjalannya waktu namanyanya pun diganti menjadi Candi Gambar Wetan. Hal ini didasarkan lokasi yang terletak di Dusun Gambar dan berada disebelah timur, sehingga sampai saat ini masyarakat sekitar menyebut Candi Gambar Wetan.
Candi Gambar Wetan terdiri dari dua pintu gerbang yang masing- masing dijaga oleh Dwarapala yang menghubungkan halaman depan ke Balai Kambang (Candi Induk). Pada pintu pertama dijaga oleh 2 Arca Dwarapala yang disebut Mbah Bodo dan Mbah Dewo, Bodo disini berasal dari kata Budha sedangkan Dewo berasal dari kata Dewa letak kedua arca Dwarapala tersebut saling berdampingan namun karena disebelah selatan kawasan candi sangat curam maka suatu ketika Arca Dewa terguling ke selatan dan berpindah kurang lebih 100 meter kearah selatan sehinnga menyebabkan Arca yang awalnya menghadap ke barat menjadi ke Utara.dan pada pintu kedua juga  dijaga oleh dwarapala namun Arca di Utara masih terpendam, Setelah melewati pintu kedua kita langsung dapat melihat Balai Kambang ( Candi Induk) yaitu tempat peristirahatan Hayam Wuruk sebelum melakukan perjalan ke Candi utama yaitu Candi Penataran.
Faktor Penghambat Pengembangan Candi Gambar Wetan
Akses jalan yang masih kurang baik (dapat dilihat pada gambar di bawah ini) karena sepanjang 3.5 Km wisatawan harus dihadapkan oleh jalan berpasir dan sempit sehingga menyulitkan para pengunjung untuk sampai ke tempat wisata dengan cepat. Ditambah lagi tidak tersedia angkutan umum menuju kawasan Candi.
Selain itu kurang tanggapnya pemerintah setempat terhadap pengadaan fasilitas dan pemeliharaan kawasan merupakan faktor paling utama yang penghambat pengembangan dari potensi candi, karena selama ini petugas dan biaya peliharaan ditanggung oleh Dinas Kepurbakalaan Trowulan, Mojokerto. Jadi dana yang tersediapun sangat minim untuk memenuhi semua kebutuhan pemeliharaan candi.
Kurang berpartisipasinya masyarakat dalam pemeliharaan serta pelestarian peninggalan nenek moyang yang sebenarnya patut untuk dihargai dan dikembangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi untuk generasi yang akan datang.
Cara Pengembangan  Potensi Kawasan Candi Gambar Wetan
•    Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai potensi dan keberadaan dari lokasi- lokasi wisata di Kabupaten Blitar
•    Melakukan pelatihan terhadap petugas- petugas/ guide untuk mencetak  informan yang handal sehinngga diharapkan dapat mempromosikan pariwisata kepada wisatawan
•    Mengefektifkan kinerja dari duta pariwisata Kabupaten Blitar (Gus Jeng Blitar) dalam mempromosikan khususnya pariwisata yang masih belum dikenal masyarakat luas.
•    Melakukan promosi untuk mencari investor agar pengembangan segera untuk diimplementasikan baik di media cetak, elektronik dan internet
•    Melakukan evaluasi dan membuat program kerja serta peninjauan langsung, agar pemerintah mendapat informasi keluhan dari petugas dalam mengembangkan wisata tersebut.
•    Masyarakat harus lebih peduli dengan potensi daerah masing-masing dengan mengutamakan pengetahuan pariwisata daerah sendiri sebelum mengenal kebudayaan/ wisata dari daerah lain.
•    Melakukan pemugaran terhadap Candi Gambar Wetan karena diperkirakan masih banyak kompleks candi yang tertimbun dibawah bukit selain itu jika pemugaran bias segera dilaksanakan diperkirakan luas keseluruhan kawasan candi dapat melebihi luas Kompleks Candi Penataran.
Penutup
Aset pariwisata memiliki arti yang penting dalam menunjang pembangunan pada suatu daerah sebab dapat mendatangkan keuntungan yang akan menambah pendapatan daerah, jadi masalah yang menjadi penghambat berkembangnnya suatu tempat wisata merupakan masalah bersama yang harus di cari solusinya.
Daftar Pustaka
Artono. 2008. Candi-candi di Indonesia, (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Candi diakses 15 Desember 2009
Boechari. 1997. Epigrafi Dan Sejarah Indonesia. Majalah Arkeologi I.
Endo, Hardjasoewita, M. 1953. Sejarah Indonesia. Jakarta : Publishing Company Quick.
Jacob, Sumardjo. 1982. Mengenal Candi. Jakarta. Cypress.
Jenar, Mahesa. 2009. Kepurbakalaan Jawa Tenggara, (Online) http:// www .purbakala. jawatengah. go.id/ detail_berita.php? act =view&idku= 19 diakses 17 desember 2009
Kurnia, Anwar, 2003. Kronik Sejarah. Jakarta, Yudhistira.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Muljana, Slamet. 1965. Menudju Puntjak Kemegahan (Sedjarah Keradjaan Madjapahit). Djakarta. Balai Pustaka
Undang- undang RI No 5 Pasal 15  tahun 1992 tentang Pemeliharaan dan Perlindungan Benda- benda Cagar Budaya.