Minggu, 22 Juli 2012

Candi Gunung Gangsir

Temple Mount digger is a temple located in Temple Kebon Hamlet, Village of Mount digger, District Beji, Pasuruan regency, East Java. But not many people know about the existence of this temple. Because of this temple was never a field trip attractions and objects. Moreover, until recently, the temple was still in the process of restoration due to damage suffered. Temple Mount from the digger had improved from 2004 to the present. For the neglect of the restoration of this temple is the lack of rocks that can be used to restore the temple. In addition, to restore the temple reliefs, encountered many difficulties when it was discovered because of this temple is not in its entirety. Is estimated that the temple was built during the reign of Airlangga (http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/125/3176/id/candi-gununggangsir.html accessed on October 8, 2011 at 11:40 pm)
According to the tomb guard, Mr. Edy Susanto, this temple was built not as a place pendharmaan king, but to honor a figure in the mythology of the local villagers who named Nyai Sri Gati or Mbok Rondo Dermo. In the past, present around the village called Village of Mount digger, the community life of wandering (nomadic) and similar eating grass. However, then the situation becomes precarious because food supplies were running low. Until there came a man named Nyai Sri Gati. He intends to help local people by getting them to pray to Sang Hyang Widhi to ask for help. Finally, relief came through a bunch of bird dropping grains near them. By Nyai Sri Gati, rice is planted. Several months later, the rice can be harvested. Seeing his success, Nyai Sri Gati was then taught to the public on how to plant and cultivate rice to be used as food. The story tells Sri Gati Nyai grains can be eaten, while the skin is turned into a gem that makes it rich.

Jika ditilik dari cerita yang dipaparkan oleh juru kunci, tujuan pembangunan candi dikarenakan berkembangnya pertanian di kawasan Desa Gunung Gangsir terdukung oleh adanya areal pertanian luas yang letaknya tidak jauh dari candi ini. Hanya berjarak sekitar 100 meter dari candi.
Candi Gunung Gangsir merupakan candi yang terbuat dari batu bata berukir dan memiliki 4 lantai atau 4 tingkatan. 2 lantai dasarnya merupakan tubuh dan atap candi yang sebenarnya. Denahnya berbentuk segi empat, sesuai dengan kriteria bangunan candi yang terdapat dalam kitab Silpasastra. Lantai dasarnya yang berbentuk segi empat memiliki sebuah tonjolan pada sisi timurnya, berlawanan dengan arah keletakan tanga. Tubuh dan atap candi juga memiliki bentuk dasar segi empat dan di keempat bagian sisi dinding tubuh candi juga memiliki bidang tonjolan yang rapi. Seperti candi-candi pada umumnya, Candi Gunung Gangsir pun memiliki relief-relief cerita. Hanya saja saat ini, candi kecil ini tidak lagi utuh sebab pada masa pendudukan Jepang, batu-batuan candi sering diambil (http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Gunung_Gangsir diakses tanggal 08 Oktober 2011 pukul 11.43 WIB).
Respon Masyarakat Setempat Terhadap Candi Gunung Gangsir
Masyarakat yang hidup di daerah sekitar Candi Gunung Gangsir yaitu di dukuh Kebon Candi dan Dermo adalah masyarakat yang mayoritas muslim. Namun mereka cukup menghargai dan welcome terhadap keberadaan candi yang notabene merupakan warisan agama Hindu ini. Terbukti dengan adanya usaha swadaya masyarakat dalam merawat Candi Gunung Gangsir dan halaman di sekitarnya. Candi ini diperlakukan selaknya barang peninggalan purbakala yang patut dijaga dan dilestarikan. Tidak ada sikap berlebihan terhadap candi ini seperti pemujaan, pengeramatan, dsb.
Sebagian besar masyarakatnya bangga atas adanya Candi Gunung Gangsir di desa mereka. Sebab tak semua desa punya aset cagar budaya masa lampau berwujud candi. Namun sayangnya, mereka tidak menerapkan sistem zoning terhadap candi ini dan kawasannya. Sehingga mereka tidak mengosongkan candi dan lingkungannya dalam radius tertentu. Candi yang dilindungi hanya sebatas bangunan fisik candi dan pekarangan seluas 200 m2 sedangkan sekelilingnya adalah pemukiman warga yang berdekatan, sehingga sampai saat ini pun belum bisa diketahui apakah tidak ada peninggalan-peninggalan lain yang bersangkutan dengan candi ini.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Gunung_Gangsir diakses tanggal 08 Oktober 2011 pukul 11.43 WIB.
http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/125/3176/id/candi-gununggangsir.html diakses tanggal 08 Oktober 2011 pukul 11.40 WIB.
sebagian besar sumber adalah hasil wawancara dengan juru kunci pada April 2008.