Minggu, 02 Agustus 2015

Cina Dengan Beragam Agama tahun 1949

Masyarakat Cina

Negara Cina merupakan negara yang telah lama ada dan bahkan merupakan salah satu peradaban dunia yang tertua. Di dalam peradaban itu, muncul pula agama dan filsafat yang dipercayai atau dianut oleh masyarakat. agama-agama itu antara lain adalah Budha, konfusius, kristen protestan, kristen katolik, dan Kong Hu Chu. Keberadaan agama ini senantiasa mengalami perkembangan. Yang dikaji dalam makalah ini adalah perkembangan agama itu pada masa sebelum berkuasanya komunis di Cina dan setelah berkuasanya komunis pada tahun 1949.

Sebelum adanya paham komunis di Cina, agama-agama dan filsafat di Cina megalami perkembangan dan mencapai puncak kejayaannya. Namun ketika paham komunis merasuki pikiran masyarakat Cina, maka agama-agama maupun paham di luar komunisme dilarang. Bahkan pemerintah yang didominasi oleh komunis telah berlaku semena-mena terhadap pemeluk atau penganut agama atau paham selain komunis.

Daftar Rujukan :
Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia
Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sutopo, FX. 2009. Cina: Sejarah Singkat. Yogyakarta: Garasi
Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Wiriatmaja, Rochiati, dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

Cina Negara Komunis

Cina

Cina adalah negara yang menerapkan sistem komunisme pada pemerintahannya hingga kini. Sistem komunisme menjadikan agama tidak berkembang di masyarakat. Mengingat komunisme menjadikan materi sebagai poros penggerak dalam kehidupan, maka agama tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Komunisme sendiri muncul hampir bersamaan dengan masuknya Inggris ke Indonesia pada sekitar abad 19 yang kemudian membawa berbagai paham di Eropa. Akibatnya, muncullah komunisme sebagai reaksi atas masuknya paham-paham tersebut.
            Komunisme sendiri mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Mao Tse Tung. Mao Tse Tung sebagai pemimpin yang berideologi komunis berhasil menduduki pemerintahan setelah berhasil menggulingkan kekuasaan sebelumnya melalui kudeta yang penuh dengan darah. Adanya berbagai pergolakan pasca munculnya komunisme di Cina membuat para penulis tertarik untuk mencari tahu  perkembangan Cina pada masa berkuasanya komunisme, khususnya perkembangan dalam bidang agama.

            Makalah yang berjudulPerkembangan Agama di Cina Pada Masa Berkuasanya Komunis Pada Tahun 1949”  ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab pembahasan yang terdiri atas demografi dan kondisi Cina saat ini, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai perkembangan agama pada masa dinasti Ming dan Qing sebagai dinasti yang pertama kali menerapkan Confusianisme yang mirip dengan komunisme yang untuk selanjutnya mengakar menjadi agama Kong Hu Chu. Terakhir, akan dibahas bagaimana perkembangan agama di Cina pada masa berkuasanya komunisme yang dipimpin oleh Mao Tse Tung.

perkembangan agama di Cina pada masa berkuasanya partai Komunis pada tahun 1949

Bendera Cina


Perubahan sistem pemerintahan dari kekaisaran menjadi Republik merupakan suatu perubahan besar yang dialami oleh bangsa Cina. Perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan ini ternyata turut memberikan dorongan perubahan pada bidang yang lainnya. Salah satunya adalah agama yang berkembang pada negara yang bangga disebut Tiongkok ini. Selain agama, aspek-aspek yang lain juga ikut mengalami perubahan. Sebelum mengetahui perkembangan agamanya, sebaiknya kita lebih dahulu mengetahui perkembangan politiknya, yaitu perubahan sistem pemerintahan dari kekaisaran ke Republik Cina.
Sebelum Republik Cina menjadi sistem pemerintahan, Cina dikuasai oleh dinasti yang disebut dinasti Qing. Dinasti ini berkuasa sejak tahun 1644 hingga 1911 (Soepratignyo,1999:16). Setelah adanya pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah di Cina, Dinasti ini tidak mampu lagi mengatasinya. Ditambah dengan keberadaan orang asing di negara itu, menambah keterpurukan Dinasti Qing. Orang asing yang di maksud adalah bangsa lain, misalnya Inggris, Jerman, Rusia, Perancis, dan Jepang. Pada masa sebelumnya Cina telah membuka diri untuk melakukan perdagangan bebas dengan negara lain, terutama pada komoditi opium. Sehingga bangsa-bangsa lain berbondong-bondong untuk melakukan perdagangan di wilayah Cina.
Pada masa kekaisaran (sebelum berubah menjadi Republik Cina), Cina memiliki beberapa agama/ kepercayaan, antara lain adalah Budha, Konfusionisme, Kong Hu Cu, Taoisme, dan Nasrani. Agama Budha di Cina memiliki beberapa aliran, yaitu Budha Mahayana, Budha Therevada, dan Budha Tibet. Budha Mahayana merupakan aliran yang paling banyak penganutnya (Darini, 2010:60). Konfusionisme dan Kong Hu Cu adalah agama atau kepercayaan yang tumbuh dari kepercayaan masyarakat Cina sendiri, sedangkan Budha dan Nasrani adalah agama pendatang. Agama itu dibawa oleh pedagang-pedagang Asing yang datang ke Cina pada saat melakukan perdagangan.
Pada masa pemerintahan Kekaisaran yang terakhir, yaitu Dinasti Qing, keadaan Cina semakin buruk. Keadaan yang kacau di Cina tidak dapat ditangani dengan baik oleh pemerintah, ditambah pula oleh kaisarnya yang terakhir adalah seorang anak yang berumur dua tahun. Masyarakat semakin tidak sabar dengan keadaan di negaranya. Kemudian para akademisi memikirkan solusi yang tepat untuk negaranya. Ibaratnya, Cina sudah diambang kehancuran, sedangkan masyarakat berusaha menggunakan bantuan dari negara lain. Ketika itu, bantuan dari Inggris dan Perancis tidak mampu mengatasi permasalahan Cina, sehingga Bantuan dari Rusia yang notabene adalah negara komunis digunakan. Pemikiran Rusia mengenai “menggunakan kekerasan untuk menduduki kekuasaan politik” dari teori Marxisme-Leninisme dimasukkan ke Cina yang belum pernah mengenal Komunisme itu (Sutopo, 2009:94).
Rusia merupakan negara yang telah berhasil melakukan perubahan pada negaranya. Perubahan ini yang disebut sebagai Revolusi Rusia terutama didalangi oleh Partai Komunis Rusia terjadi pada tahun 1917. Partai ini memiliki keinginan dan keyakinan bahwa negara Rusia akan menjadi negara modern dengan ideologi komunis. Untuk itu, Rusia yang berubah menjadi Uni Soviet terobsesi untuk menyebarkan paham komunisme ke wilayah Cina dengan mengadakan hubungan diplomasi sebagai langkah awalnya (Taniputra, 2008:550). Langkah pertama yang dilakukan oleh Uni Soviet adalah membentuk Biro Timur Jauh yang merupakan cabang dari Komintern (Komunis Internasional). Biro ini yang mempersiapkan pembentukan Partai Komunis Cina (PKC) serta negara-negara lainnya di Timur Jauh.
Sebagian masyarakat Cina mulai mengenal komunisme, sehingga mereka meyakini bahwa doktrin-doktrin Kong Hu Cu dan agama-agama tradisional lainnya akan menghambat perbaikan pada negara Cina. Mereka berpendapat bahwa Konfusionisme dan Taoisme mendukung feodalisme dan kapitalisme. Sedangkan agama lainnya merupakan agama dari negara Asing, sehingga tidak diperkenankan karena mereka takut akan datangnya kolonialisme kembali di wilayah mereka. Pemerintah yang didominasi oleh PKC (Partai Komunis Cina) menghambat kegiatan yang dilakukan oleh agama-agama di Cina. Namun ada pula sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan adanya komunis, sehingga terdapat perpecahan di Cina antara yang pro-komunis dengan anti-komunis. Akhirnya Cina pecah menjadi dua antara Cina pimpinan Mao Zedong yang beraliran  Komunis dan pimpinan Chiang Kai Shek yang beraliran Nasionalis (Sutopo, 2009:100).
Sejak komunis memasuki Cina dan pemerintahan dikuasai oleh paham komunis tahun 1949, semua kegiatan yang ada di Cina harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak pemerintah yang didominasi PKC. Di beberapa daerah di Cina bahkan pemerintah terlibat langsung ketika membubarkan Konfusianisme, Taoisme, Budha, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan (Darini, 2010:61). Kegiatan yang dilakukan oleh anggota keagamaan atau pemeluk agama Konfusianisme, Taoisme, Budha, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan dilarang. Bahkan terjadi perusakan atau bahkan pemusnahan tempat-tempat keagamaan di Cina ketika itu.
Revolusi kebudayaan tahun 1966 yang diprakarsai oleh Mao Zedong menambah kehancuran kebudayaan asli masyarakat Cina. Revolusi ini dimaksudkan untuk menjadikan komunis sebagai satu-satunya paham di Cina, sehingga tidak diperkenankan lagi filasafat-atau kepercayaan di luar komunis atau yang menentang paham komunis itu. Pada Revolusi kebudayaan itu, banyak peninggalan-peninggalan kebudayaan di Cina. Misalnya adalah pemusnahan buku-buku yang berkaitan dengan paham-paham di luar komunis, bangunan-bangunan peninggalan kuno dirobohkan, makam-makam pemikir kuno juga dihancurkan. Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak lagi mempelajari paham-paham lainnya selain Komunis. Makam-makam pemikir kuno juga dihancurkan agar masyarakat tidak lagi mengenang orang-orang yang penting bagi paham-paham di luar komunis yang dulu mereka anut. Begitu pula peninggalan kuno juga dilenyapkan.
Dengan tiadanya fasilitas keagamaan itu, dapat dipastikan bahwa kegiatan agama menjadi terhambat. Jika lama kelamaan kegiatan keagamaan dihambat, maka akan membunuh dan melenyapkan agama itu karena keimanan mereka akan pudar seiring intensitas beragama berkurang. Selain bangunan keagamaan, orang yang berpengaruh dalam keagamaan, misalnya pemimpin ritual keagamaan juga dibunuh atau jika tidak maka dilarang untuk memimpin keagamaan lagi. Karena pemimpin keagamaan memegang peran penting dalam perkembangan suatu agama. Dengan keberadaan pemimpin keagamaan yang bebas mengembangkan agama, maka tentu saja agama itu akan berkembang pesat pula. Demikian pula jika pemimpin keagamaan itu dikekang, maka agama itu juga akan terkekang, bahkan akan tumbang dengan seiring waktu.

Daftar Rujukan :
Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia
Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sutopo, FX. 2009. Cina: Sejarah Singkat. Yogyakarta: Garasi
Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Wiriatmaja, Rochiati, dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

perkembangan agama di Cina sebelum berkuasanya partai Komunis pada tahun 1949

Bendera Cina


Penghujung Dinasti Yuan ditandai oleh adanya pemerintahan yang korup, pajak, dan inflasi yang tinggi. Hal ini semakin diperparah dengan adanya sikap bangsa Mongol yang suka bertindak sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kubilai Khan dengan mata uang baru. Mata uang ini baru dicetak dalam jumlah besar sehingga menyebabkan hiperinflasi. Hal ini kemudian menyebabkan perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak dimana-mana. Pada tahun 1351, terjadi bencana banjir besar yang diakibatkan Sungai Kuning meluap. Kekaisaran kemudian menyuruh rakyat melakukan kerja paksa untuk memperbaiki bendungan Sungai Kuning. Kerja paksa ini kemudian menyebabkan ketidakpuasan rakyat dan akhirnya me nimbulkan pemberontakan petani yang terjadi pada bulan Mei 1351.
Pada tahun berikutnya Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou. Ketika Guo Zixing melakukan pemberontakan Zhu Yuanzhang juga ikut berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan jiqing dan mengganti nama menjadi Yngtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming berdiri.
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memprkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja.
Kebijakan yang dibuat oleh Zhu menyebabkan ia dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu.
Pada tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina. Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol.
Setelah berhasil menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari Dinasti Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.

Confusius (552 SM)

Diantara filsuf yang masa hidupnya banyak mengalami kekecewaan dan kurang mendapat penghargaan ialah Confucius. Menurut kisah dan dongeng dalam tradisi yang bersifat biografi tentang orang keramat atau suci (Holy Man) yang disebut historiografi, Confisius merupakan orang yang berasal dari keturunan golongan bangsawan yang tidak mampu. Ada yang menduga bahwasannya Conficius berasal dari keturunan bangsawan Dinasti Shang. Ia memiliki nama asli yaitu Kung Tzu (Pujangga Kung) atau disebut pula Fu Tzu (Pujangga Besar) (Wiriaatmadja, 2003:109).
Para sejarawan memperkirakan bahwa Conficius lahir pada tahun 551 atau 552 SM. Conficius merupakan orang yang dikenal sebagai seorang yang konservatif yang kerap kali berbicara tentang “Jalannya para mantan Raja”. Namun, banyak gagasannya yang revolusioner dan mendahului pemikiran para filsuf Pencerahan Eropa seperti John Locke. Conficius menentang penggunaan garis keturunan dalam penentuan status dan kekuasaan. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus melayani rakyatnya dan bukan sebaliknya. Ia kemudian menawarkan aturan moral yang didasarkan pada niat baik yang kurang lebih tergambarkan dalam pernyataan “Jangan perlakukan orang lain dengan cara yang tidak Anda sukai bila menimpa diri sendiri”. Setelah ia meninggal, beberapa pengikutnya kemudian bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Para pengikut Conficius ini kemudian menyebarkan ajaran-ajarannya kepada orang-orang secara lisan. Setelah beberapa generasi kemudain, jaran-ajaran tersebut dibukukan dalam kitab Lun Yu atau Analects yang masih lestari hingga sekarang. Ajaran-ajaran ini kemudian menjadi Landasan Pendidikan Cina sekitar 2.000 tahun hingga tahun 1911. Ketika Revolusi Nasional menggulingkan Dinasti Qing. Selama dua milenium lamanya, pengetahuan tentang aliran Confisianis menjadi persyaratan utama bagi calon Pegawai Negeri di Cina (Lam N. Mark, 2007:18-19).

Konfusianisme
Konfusianisme atau Konghuchu mulai dikenal di Cina melalui pemikiran-pemikirannya yang cemerlang yang dilontarkan pada zaman Chou Timur (770-221 SM). Konghuchu lahir pada tahun 551 SM berasal dari kota Lu, Provinsi Shandong. Pada masa itu dinasti Chou tengah kehilangan kendali terhadap para tuan tanah yang menempati hampir setengah bagian dari wilayah Cina. Konghuchu dibesarkan oleh ibunya karena ia sudah kehilangan ayahnya ketika masih berusia tiga tahun. Ketika dewasa dan bekerja sebagai pegawai di kuil bangsawan Zhou, ia mengikuti semua detail-detail yang terdapat dalam perayaan yang akhirnya menjadikannya sebagai seorang yang ahli dalam ritual agama kuno.
Konfusianisme merupakan humanisme, tujuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan manusia dalam hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya. Kodrat manusia menurut konfusius adalah “pemberian langit”, yang berarti bahwa dalam hal tertentu ia berada di luar piliham manusia. Kesempurnaan manusia terletak dalam pemenuhannya sebagai manusia yang seharusnya. Moralitas merupakan realisasi dari rancangan yang ada dalam manusia. Oleh karena itu, tujuan manusia yang paling tinggi adalah menemukan petunjuk sentral bagi moral yang mempersatukan manusia dengan seluruh isi alam semesta. Bagi Konfusius, manusia adalah baian dari konstitutif dai seluruh isi alam semesta. Manusia harus berhubungan secara indah dan harmonis dengan harmoni alam di luarnya. Ungkapan yang paling terkenal yang merupakan inti ajarannya yaitu tidak berbuat kepada orang lain apa yang dia tidak sukai orang lain perbuatan pada dirinya. Secara praktis ajaran Konfusius dapat disimpulkan menjadi tiga pokok yaitu:

1. Pemujaan terhadap Tuhan (Thian)
Konfusius mengajarkan keyakinan kepada pengikutnya bahwa Thian atau Tuhan menjadi awal atas sumber kesadaran alam semesta dan segalanya. Ia menekankan bahwa amat perlu untuk melakukan sembahyang korban terhadap Thian. Pengertian Tuhan dalam kepercayaan Tionghoa sebenarnya juga tidak berbeda dengan agama-agama yang lain yaitu sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya. Dalam kepercayaan kalangan rakyat, Tuhan biasanya disebut sebagai Thian atau Shangdi atau Siang Te (dialek Hokkian). Thian adalah penguasa tertinggi alam semesta ini. Karena itu, kedudukan-Nya berada di tempat yang paling agung, sedangkan para dewa dan malaikat yang lain adalah para pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan di alam semesta ini, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Di dalam sistem pemerintahan ini, merupakan cerminan dari prinsip Yin dan Yang, yang diwujudkan dalam bentuk pemerintahan di dunia dan pemerintahan surga yang dilakukan oleh para dewa yang dipuncaki oleh Shangdi. Rakyat percaya pemerintahan surga memiliki struktur yang sama dengan pemerintahan dunia. Kalau pemerintahan dunia terdiri dari kaisar, para keluarganya, perdana menteri, menteri-menteri sipil dan militer, dan lain sebagainya, maka pemerintahan surga pun dipimpin oleh Shangdi dan dibantu para dewa-dewa baik sipil maupun militer untuk mengatur tata tertib di alam semesta ini. Sebab inilah maka para kaisar (hung-di) yang di bumi merasa perlu untuk memuja Shangdi (yang berkedudukan di atas) untuk memohon perlindungan dan berkah serta petunjuk-petunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan di mayapada ini agar selalu selaras dengan kehendak Shangdi (Shang=di atas, di=tanah).

2. Pemujaan terhadap leluhur
Pemujaan terhadap leluhur adalah menolong seseorang untuk mengingat kembali asal-usulnya. Di sini asal mula manusia adalah dari leluhurnya. Upacara pemujaan terhadap leluhur di sini diperlukan sesaji. Sebagian besar aktifitas rumah tangga dalam keluarga Cina selalu berhubungan dengan roh leluhur. Salah satu fungsi utama dalam keluarga adalah melakasanakan pemujaan terhadap leluhur. Pemujaan leluhur dipandang sebagai perwujudan dari bakti anak terhadap orang tua dan leluhurnya (Xiao). Pelaksanaan upacara pemujaan leluhur dalam keluarga dipimpin oleh ayah sebagai kepala keluarga. Keluarga Cina menganut garus keturunan dari pihak ayah atau disebut patrilineal. Garis keturunan sangat penting bagi mereka guna menjaga kelangsungan keluarga. Oleh karena itu, anak laki-laki sangat penting untuk meneruskan garis keturunan.

3. Penghormatan terhadap Konfusius
Bagi orang Cina merupakan kewajiban mereka untuk menghormati Konghuchu yang mereka anggap sebagai guru besar seperti halnya penghormatan terhadap orang tua. Konghuchu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang sampai sekarang masih terus diterapkan. Filsafatnya yang pada akhirnya menyatu dengan kehidupan masyarakat Cina membuat secara keseluruhan ajaran Konfusius lebih banyak ditujukan kepada manusia sebagai makhluk hidup.


Buddhisme
Agama Buddha sudah menjadi bagian dari filosofi Cina selama hampir 2000 tahun. Meskipun Buddha bukanlah merupakan agama asli, melainkan pengaruh dari India, tetapi ajaran Buddha mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada kehidupan orang Cina. Tema pokok ajaram agama Buddha adalah bagaimana menghindarkan manusia dari penderitaan (samsara). Kejahatan adalah pangkal penderitaan. Manusia yang lemah, tidak berpengetahuan (akan Buddhisme) akan sangat mudah terkena kejahatan dan sulit untuk membebaskan diri dari penderitaan.

Pendiri agama Buddha adalah Sidharta Gautama. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan di India. Sewaktu kecil, ayahnya menjauhkan Sidharta dari segala macam bentuk penderitaan dunia, sampai pada suatu hari secara tidak sengaja ia melihat orang-orang yang selama ini belum dilihatnya yaitu orang-orang tua, seorang yang sakit dan yang meninggal. Kenyataan tersebut membuatnya kemudian meninggalkan istana dan bertapa di bawah pohon bodhi. Setelah bertapa selama enam tahun akhirnya ia memperoleh pencerahan dengan menemukan obat penawar bagi penderitaan, jalan keluar dari lingkaran tanpa akhir yaitu melalui kelahiran kembali kepada suatu jalan menuju Nirwana. Jalan ini yang kemudian dikenal juga sebagai inti dari ajaran Buddha.

Buddhisme masuk ke Cina kira-kira abad 3 Masehi, pada masa pemerintahan dinasti Han. Buddhisme selanjutnya mengalami perkembangan sendiri di negara tersebut. Ajarannya di Cina mendapat pengaruh dari kepercayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu Taoisme dan Konfusiansianisme. Hal yang paling kentara dari percampuran ini ialah dengan munculnya sekte Shan, yang juga muncul di Jepang dengan nama Zen yang merupakan Buddhisme India bercorak Taoisme Cina. Wujud dari agama ini adalah timbulnya versi-versi signifikan dari dewata-dewata buddha, seperti Avalokitecvara, Maitreya, dan sebagainya. Avalokitecvara berubah menjadi Dewi Welas Asih (Guan Yin atau Kwan Im). Dewi ini sangat populer sekali di kalangan orang Cina, tempat orang memohon pertolongan dalam kesukaran, memohon keturunannya, dan lain sebagainya. Kwan Im dalam penampilannya mempunyai 33 wujud, diantaranya yang paling populer adalah Kwan Im berbaju putih, Kwan Im membawa botol air suci, dan Kwan Im bertangan seribu. Dalam Avalokitecvara, Maitreya juga mempunyai wujud lain di Cina yaitu Mi le fo, seorang yang bertubuh gemuk dan raut muka yang selalu tertawa. Dewa ini dikenal sebagai dewa pengobatan.
Selain dewata-dewata Buddhis, di dalam sistem kepercayaan rakyat Cina mengenal tiga penggolongan utama dewata, yaitu:
  1. Dewata penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit. Para dewata golongan ini dipimpin oleh dewata tertinggi yaitu Yu Huang Da Di, Yuan Shi Tian Sun, dan termasuk di dalamnya antara lain dewa-dewa bintang, dewa kilat, dan dewa angin.
  2. Dewata penguasa bumi yang memiliki kekuasaan di bumi, walau sebetulnya mereka termasuk malaikat langit. Kekuasaan mereka adalah dunia dan manusia, termasuk akhirat. Mereka dikatakan sebagai para dewata yang menguasai Wu-Xing (lima unsur), yaitu: (a) kayu (dewa hutan, dewa kutub, dan lain sebagainya); (b) api (dewa api, dewa dapur); (c) logam (dewata penguasa kekayaan dalam bumi); (d) air (dewa sumur, dewa sungai, dewa laut, dewa hujan, dan lain sebagainya); (e) tanah (dewa bumi, dewa gunung, penguasa akhirat, dewa pelindung kota, dan lain sebagainya)
  3. Dewata penguasa manusia, yaitu para dewata yang mengurus soal-soal yang bersangkutan dengan kehidupan manusia seperti kelahiran, perjodohan, kematian, usia, rezeki, kekayaan, kepangkatan dan lain sebagainya. Termasuk dalam golongan dewata penguasa manusia ini adalah para dewata pelindung usaha pertokoan, dewata pengobatan, dewata pelindung, dan peternakan ulat sutra. Di samping itu, terdapat dewata-dewata kedaerahan yang menjadi pelindung masyarakat yang berasal dari daerah yang sama.


Daftar Rujukan :
Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia
Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sutopo, FX. 2009. Cina: Sejarah Singkat. Yogyakarta: Garasi
Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Wiriatmaja, Rochiati, dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

Cina pada abad 21 Masehi



Keadaan Keadaan Demografis, Geografis, dan Ekonomi di Cina pada Abad 21 Masehi

Negara China merupakan negara yang juga disebut dengan tirai bambu. China selalu mengalami dinamika atau perkembangan pada berbagai aspek. Misalkan pada pembangunan fisik, kemajuan ekonomi, hingga kehidupan sosial budayanya. Hal tersebut dapat dirangkum dalam tiga sub pembahasan dalam bidang Demografis, Geografis, dan Ekonomi yang ada diuraikan satu persatu pada penjelasan dibawah ini.

  • Demografis
  • Republik Rakyat Cina memandang dirinya sebagai multi-etnis dengan sebanyak 56 etnis yang diakui. Akan tetapi, yang mendominasi dari sebagian dari multi-etnis tersebut adalah etnis Han yang menyusun hampir 93% dari populasi yang ada sehingga menguasai hampir setengah daerah Cina. Penduduk bangsa Han adalah etnis yang heterogen, atau dapat dikatakan sebagai kumpulan berbagai etnik yang menggunakan budaya dan bahasa yang sama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa China dan dianggap sebagai satu bahasa atau keluarga bahasa. Sedangkan subdevisi terbesar dari bahasa China adalah bahasa Mandarin. Versi bahasa Mandarin yang dalam dialek Beijing disebut dengan Putonghua. Bahasa ini diajarkan di sekolah dan juga digunakan sebagai bahasa resmi negara China.
    Pada tahun 1949 telah terjadi revolusi Komunis di negara Cina yang menjadikan 59 persen penduduknya menganut paham ateis. Akan tetapi, penduduk yang 33 persen dari mereka masih menganut kepercayaan tradisi atau gabungan dari kepercayaan Budha dan Taoisme. Penganut terbesar agama di negara ini adalah Budha aliran Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Selain itu juga ada yang menganut Budha Therawadha dan Budha Tibet yang telah diamalkan oleh golongan monoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Diperkirakan ada 18 juta penduduk Islam (kebanyaan Sunni) dan 14 Juta Kristen (4 Juta Katolik dan 10 Juta Protestan) di negara ini.
    Negara Cina telah lama mengalami masalah di bidang kependudukan. Dalam usaha membatasi perkembangan populasi penduduk, pemerintah Cina telah mengambil kebijakan dengan membatasi keluarga di perkotaan (etnis minoritas, seperti Tibet dikecualikan) menjadi satu anak sedangkan di pedalaman dua anak (anak pertama adalah perempuan). Akan tetapi, karena lelaki dianggap lebih memiliki nilai ekonomis di wilayah pedesaan maka muncullah insiden tinggi mengenai aborsi selektif jenis kelamin dan penolakan anak di pedesaan bahwa anak kedua adalah laki-laki. Kebijakan ini hanyalah untuk penduduk mayoritas bangsa Han.
    Di Cina juga terdapat panti asuhan untuk anak yatim dan anak terlantar. Akan tetapi hanya 2 persen saja yang dijadikan anak angkat oleh orang lain. Maka Cina juga telah menginstitusikan program pengambilan anak angkat tingkat internasional, yaitu supaya ada penduduk dari negara lain yang datang untuk menjadikan anak-anak di panti asuhan tersebut sebagai anak angkat.
    Kemudian pada tahun 2000, terjadi perbandingan jumlah kelahiran laki-laki sebanyak 117 anak dengan jumlah perempuan sebanyak 100 anak. Ini adalah jumlah perbandingan yang tinggi, karena biasanya hanya 106:100. Meskipun perbandingan ini disebabkan oleh adanya seksisme, akan tetapi pada masa modern ini dikaitkan dengan penyakit hepatitis. Untuk menanggulangi penyakit ini, maka pemerintah Cina telah menekan harkat kepada para perempuan.
    Pada hasil perbandingan yang dikatakan tidak seimbang tersebut, maka mewujudkan 30-40 juta laki-laki yang tidak bisa menikah dengan perempuan. Hal ini menyebabkan banyaknya laki-laki yang mencari gadis idaman di negara-negara lain dan di pusat-pusat lokalisasi. Kemudian juga pada beberapa kasus terdapat gadis-gadis yang telah diculik dan dijual sebagai istri di perkampungan yang jauh (Sutopo, 2009:13-15).
    •  Geografis

    Nama resmi bagi Cina adalah Republik Rakyat Cina (RRC), yang juga telah menguasai sebagian besar wilayah Asia bagian Timur. Republik Rakyat Cina terdiri dari pulau-pulau termasuk Taiwan dan juga termasuk negara terbesar keempat di dunia yang memiliki daratan yang luas. Di sebelah timur terdapat pantai Laut Kuning dan Laut Cina timur yang luas dan padat. Sedangkan pesisir laut Cina lebih bergunung-gunung. Bagian selatan didominasi oleh daerah berbukit dan jajaran gunung-gunung yang rendah. Pada bagian tengah timur terdapat delta dari dua sungai besar di Cina,  yaitu Huang He dan Chang Jiang. Terdapat juga sungai-sungai utama lainnya adalah Xi Jiang, Mekong, Brahmaputra, dan Amur.
    Bagian barat wilayah Cina terdapat jajaran gunung-gunung yang utama, khususnya Himalaya dengan titik tertinggi di Cina Gunung Everest. Sedangkan ciri-ciri plato tinggi yang berada diantara bentang daratan yang lebih kering dari gurun seperti Takla-Makan dan Gobi. Musim kemarau panjang dan rendahnya pertanian telah membuat adanya badai debu yang menjadi suatu hal yang sudah biasa bagi masyarakat Cina pada musim semi (Sutopo, 2009:12-13).

    • Ekonomi

    Republik Rakyat Cina telah mencirikan sistem ekomoninya dengan sosialisme.  Sejak tahun 1978, pemerintah Cina telah mengadakan perbaikan dari yang semula menganut sistem ekonomi terencana ala Uni Soviet ke Ekonomi yang berorientasi pada pasar. Akan tetapi, hal ini masih ada pada kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis Cina. Oleh karena itu, maka para pejabat telah melakukan peningkatan kekuasaan pada pejabat lokal dan memasang manager di dalam produksi, mengijinkan perusahaan skala kecil dalam melakukan jasa dan produksi ringan. Selain itu juga telah menbuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi.
    Pemerintah Cina mewajibkan adanya sistem pertanggungjawaban pada para keluarga didalam pertanian untuk menggantikan sistem lama yang berdasarkan penggabungan.selain itu pemerintah juga menambah kuasa pegawai setempat dan pengurus kilang dalam industri, mengijinkan berbagai usahawan dalam layanan dan perkilangan ringan. Tidak hanya itu saja, bahkan juga membuka ekonomi pada perdagangan dan pelabuhan asing, serta pengawasan terhadap harga juga telah dilonggarkan. Hal ini mengakibatkan wilayah Cina daratan mengalami perubahan dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.
    Pemerintah Cina menekankan pada peningkatan pendapatan pribadi dan konsumsi, serta memperkenalkan sistem managemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu pemerintah memfokuskan diri pada perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, maka mereka mendirikan 2000 Zona Ekonomi Khusus, yaitu adanya hukum investasi yang direnggangkan sebagai metode untuk menarik modal asing. Hasilnya yaitu pada meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) empat kali lipat sejak tahun 1978.
    Pada tahun 1999, Cina menjadi negara ekonomi keenam terbesar di dunia dalam segi nilai tukar mata uang, serta ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan USA dalam segi daya beli. Perkembangan ekonomi Cina dinilai sebagai salah satu yang tercepat di dunia, yaitu sekitar 7 sampai 8 persen per tahun menurut daftar statistik pemerintah Cina. Hal inilah yang menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia, dan mengakibatkan hampir semua negara ingin menjalin hubungan dengannya.
    Sejak 1 Januari 2002, Cina telah masuk dalam anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Pada tahun ini, Cina juga telah mengekpor dolar sejumlah 125 miliar kepada USA. Sedangkan ekspor yang diberikan USA ke Cina adalah 19 miliar dolar. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh fakta yang menyebutkan bahwa orang Amerika telah mengkonsumsi lebih dari yang mereka produksi, sedangkan orang Cina yang dibayar rendah tidak mampu untuk membeli produk mahal. Selain itu, Pertukaran valuta asing antara Cina dan USA terjadi tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh Cina yang mengikatkan kadar tetap 8 renmimbi pada 1 dolar.
    Pada tahun 2003, PDB Cina menjadi terbesar di dunia dalam segi purchasing power parity dengan mencapai 6,4 triliun. Sedangkan dengan menggunakan penghitungan konvensional, Cina diurutkan adalam posisi ketujuh. Laporan ekonomi untuk tahun yang sama ini adalah 9,1 persen. Adanya ukuran ekonomi yang amat luas dan memiliki budaya yang panjang, maka membuat Cina mempunyai tradisi menjadi sebuah negara penguasa ekonomi.

    Meski begitu, ternyata telah terjadi kesenjangan kekayaan antara Cina kawasan pesisir pantai dengan Cina daratan atau pedalaman. Untuk mengantisipasi bahaya kesenjangan ini, maka Pemerintah Cina telah melaksanakan strategi pembangunan Cina Barat pada tahun 2000, Pembangunan Kembali Cina Timur Laut pada tahun 2003, dan Kebangkitan Kawasan Cina Tengah pada tahun 2004. Semuanya itu bertujuan untuk membantu kawasan Cina pedalaman supaya dapat ikut membangun dan maju bersama (Sutopo, 2009:15-18).

    Daftar Rujukan :
    Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
    Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia
    Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
    Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
    Sutopo, FX. 2009. Cina: Sejarah Singkat. Yogyakarta: Garasi
    Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
    Wiriatmaja, Rochiati, dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

    Konfusianisme

    Konfusianisme

    Konfusianisme atau Konghuchu mulai dikenal di Cina melalui pemikiran-pemikirannya yang cemerlang yang dilontarkan pada zaman Chou Timur (770-221 SM). Konghuchu lahir pada tahun 551 SM berasal dari kota Lu, Provinsi Shandong. Pada masa itu dinasti Chou tengah kehilangan kendali terhadap para tuan tanah yang menempati hampir setengah bagian dari wilayah Cina. Konghuchu dibesarkan oleh ibunya karena ia sudah kehilangan ayahnya ketika masih berusia tiga tahun. Ketika dewasa dan bekerja sebagai pegawai di kuil bangsawan Zhou, ia mengikuti semua detail-detail yang terdapat dalam perayaan yang akhirnya menjadikannya sebagai seorang yang ahli dalam ritual agama kuno.

    Konfusianisme merupakan humanisme, tujuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan manusia dalam hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya. Kodrat manusia menurut konfusius adalah “pemberian langit”, yang berarti bahwa dalam hal tertentu ia berada di luar piliham manusia. Kesempurnaan manusia terletak dalam pemenuhannya sebagai manusia yang seharusnya. Moralitas merupakan realisasi dari rancangan yang ada dalam manusia. Oleh karena itu, tujuan manusia yang paling tinggi adalah menemukan petunjuk sentral bagi moral yang mempersatukan manusia dengan seluruh isi alam semesta. Bagi Konfusius, manusia adalah baian dari konstitutif dai seluruh isi alam semesta. Manusia harus berhubungan secara indah dan harmonis dengan harmoni alam di luarnya. Ungkapan yang paling terkenal yang merupakan inti ajarannya yaitu tidak berbuat kepada orang lain apa yang dia tidak sukai orang lain perbuatan pada dirinya. Secara praktis ajaran Konfusius dapat disimpulkan menjadi tiga pokok yaitu:

    1. Pemujaan terhadap Tuhan (Thian)
    Konfusius mengajarkan keyakinan kepada pengikutnya bahwa Thian atau Tuhan menjadi awal atas sumber kesadaran alam semesta dan segalanya. Ia menekankan bahwa amat perlu untuk melakukan sembahyang korban terhadap Thian. Pengertian Tuhan dalam kepercayaan Tionghoa sebenarnya juga tidak berbeda dengan agama-agama yang lain yaitu sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya. Dalam kepercayaan kalangan rakyat, Tuhan biasanya disebut sebagai Thian atau Shangdi atau Siang Te (dialek Hokkian). Thian adalah penguasa tertinggi alam semesta ini. Karena itu, kedudukan-Nya berada di tempat yang paling agung, sedangkan para dewa dan malaikat yang lain adalah para pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan di alam semesta ini, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Di dalam sistem pemerintahan ini, merupakan cerminan dari prinsip Yin dan Yang, yang diwujudkan dalam bentuk pemerintahan di dunia dan pemerintahan surga yang dilakukan oleh para dewa yang dipuncaki oleh Shangdi. Rakyat percaya pemerintahan surga memiliki struktur yang sama dengan pemerintahan dunia. Kalau pemerintahan dunia terdiri dari kaisar, para keluarganya, perdana menteri, menteri-menteri sipil dan militer, dan lain sebagainya, maka pemerintahan surga pun dipimpin oleh Shangdi dan dibantu para dewa-dewa baik sipil maupun militer untuk mengatur tata tertib di alam semesta ini. Sebab inilah maka para kaisar (hung-di) yang di bumi merasa perlu untuk memuja Shangdi (yang berkedudukan di atas) untuk memohon perlindungan dan berkah serta petunjuk-petunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan di mayapada ini agar selalu selaras dengan kehendak Shangdi (Shang=di atas, di=tanah).

    2. Pemujaan terhadap leluhur
    Pemujaan terhadap leluhur adalah menolong seseorang untuk mengingat kembali asal-usulnya. Di sini asal mula manusia adalah dari leluhurnya. Upacara pemujaan terhadap leluhur di sini diperlukan sesaji. Sebagian besar aktifitas rumah tangga dalam keluarga Cina selalu berhubungan dengan roh leluhur. Salah satu fungsi utama dalam keluarga adalah melakasanakan pemujaan terhadap leluhur. Pemujaan leluhur dipandang sebagai perwujudan dari bakti anak terhadap orang tua dan leluhurnya (Xiao). Pelaksanaan upacara pemujaan leluhur dalam keluarga dipimpin oleh ayah sebagai kepala keluarga. Keluarga Cina menganut garus keturunan dari pihak ayah atau disebut patrilineal. Garis keturunan sangat penting bagi mereka guna menjaga kelangsungan keluarga. Oleh karena itu, anak laki-laki sangat penting untuk meneruskan garis keturunan.

    3. Penghormatan terhadap Konfusius
    Bagi orang Cina merupakan kewajiban mereka untuk menghormati Konghuchu yang mereka anggap sebagai guru besar seperti halnya penghormatan terhadap orang tua. Konghuchu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang sampai sekarang masih terus diterapkan. Filsafatnya yang pada akhirnya menyatu dengan kehidupan masyarakat Cina membuat secara keseluruhan ajaran Konfusius lebih banyak ditujukan kepada manusia sebagai makhluk hidup.

    Buddhisme
    Agama Buddha sudah menjadi bagian dari filosofi Cina selama hampir 2000 tahun. Meskipun Buddha bukanlah merupakan agama asli, melainkan pengaruh dari India, tetapi ajaran Buddha mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada kehidupan orang Cina. Tema pokok ajaram agama Buddha adalah bagaimana menghindarkan manusia dari penderitaan (samsara). Kejahatan adalah pangkal penderitaan. Manusia yang lemah, tidak berpengetahuan (akan Buddhisme) akan sangat mudah terkena kejahatan dan sulit untuk membebaskan diri dari penderitaan.

    Pendiri agama Buddha adalah Sidharta Gautama. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan di India. Sewaktu kecil, ayahnya menjauhkan Sidharta dari segala macam bentuk penderitaan dunia, sampai pada suatu hari secara tidak sengaja ia melihat orang-orang yang selama ini belum dilihatnya yaitu orang-orang tua, seorang yang sakit dan yang meninggal. Kenyataan tersebut membuatnya kemudian meninggalkan istana dan bertapa di bawah pohon bodhi. Setelah bertapa selama enam tahun akhirnya ia memperoleh pencerahan dengan menemukan obat penawar bagi penderitaan, jalan keluar dari lingkaran tanpa akhir yaitu melalui kelahiran kembali kepada suatu jalan menuju Nirwana. Jalan ini yang kemudian dikenal juga sebagai inti dari ajaran Buddha.

    Buddhisme masuk ke Cina kira-kira abad 3 Masehi, pada masa pemerintahan dinasti Han. Buddhisme selanjutnya mengalami perkembangan sendiri di negara tersebut. Ajarannya di Cina mendapat pengaruh dari kepercayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu Taoisme dan Konfusiansianisme. Hal yang paling kentara dari percampuran ini ialah dengan munculnya sekte Shan, yang juga muncul di Jepang dengan nama Zen yang merupakan Buddhisme India bercorak Taoisme Cina. Wujud dari agama ini adalah timbulnya versi-versi signifikan dari dewata-dewata buddha, seperti Avalokitecvara, Maitreya, dan sebagainya. Avalokitecvara berubah menjadi Dewi Welas Asih (Guan Yin atau Kwan Im). Dewi ini sangat populer sekali di kalangan orang Cina, tempat orang memohon pertolongan dalam kesukaran, memohon keturunannya, dan lain sebagainya. Kwan Im dalam penampilannya mempunyai 33 wujud, diantaranya yang paling populer adalah Kwan Im berbaju putih, Kwan Im membawa botol air suci, dan Kwan Im bertangan seribu. Dalam Avalokitecvara, Maitreya juga mempunyai wujud lain di Cina yaitu Mi le fo, seorang yang bertubuh gemuk dan raut muka yang selalu tertawa. Dewa ini dikenal sebagai dewa pengobatan.

    Selain dewata-dewata Buddhis, di dalam sistem kepercayaan rakyat Cina mengenal tiga penggolongan utama dewata, yaitu:
    1. Dewata penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit. Para dewata golongan ini dipimpin oleh dewata tertinggi yaitu Yu Huang Da Di, Yuan Shi Tian Sun, dan termasuk di dalamnya antara lain dewa-dewa bintang, dewa kilat, dan dewa angin.
    2. Dewata penguasa bumi yang memiliki kekuasaan di bumi, walau sebetulnya mereka termasuk malaikat langit. Kekuasaan mereka adalah dunia dan manusia, termasuk akhirat. Mereka dikatakan sebagai para dewata yang menguasai Wu-Xing (lima unsur), yaitu: (a) kayu (dewa hutan, dewa kutub, dan lain sebagainya); (b) api (dewa api, dewa dapur); (c) logam (dewata penguasa kekayaan dalam bumi); (d) air (dewa sumur, dewa sungai, dewa laut, dewa hujan, dan lain sebagainya); (e) tanah (dewa bumi, dewa gunung, penguasa akhirat, dewa pelindung kota, dan lain sebagainya)
    3. Dewata penguasa manusia, yaitu para dewata yang mengurus soal-soal yang bersangkutan dengan kehidupan manusia seperti kelahiran, perjodohan, kematian, usia, rezeki, kekayaan, kepangkatan dan lain sebagainya. Termasuk dalam golongan dewata penguasa manusia ini adalah para dewata pelindung usaha pertokoan, dewata pengobatan, dewata pelindung, dan peternakan ulat sutra. Di samping itu, terdapat dewata-dewata kedaerahan yang menjadi pelindung masyarakat yang berasal dari daerah yang sama.
     Daftar Rujukan :
    Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
    Wiriaatmadja, Rochiati dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bnadung: Humaniora

    Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia

    Confusius (552 SM)

    Confusius (552 SM)


    Diantara filsuf yang masa hidupnya banyak mengalami kekecewaan dan kurang mendapat penghargaan ialah Confucius. Menurut kisah dan dongeng dalam tradisi yang bersifat biografi tentang orang keramat atau suci (Holy Man) yang disebut historiografi, Confisius merupakan orang yang berasal dari keturunan golongan bangsawan yang tidak mampu. Ada yang menduga bahwasannya Conficius berasal dari keturunan bangsawan Dinasti Shang. Ia memiliki nama asli yaitu Kung Tzu (Pujangga Kung) atau disebut pula Fu Tzu (Pujangga Besar) (Wiriaatmadja, 2003:109).

    Para sejarawan memperkirakan bahwa Conficius lahir pada tahun 551 atau 552 SM. Conficius merupakan orang yang dikenal sebagai seorang yang konservatif yang kerap kali berbicara tentang “Jalannya para mantan Raja”. Namun, banyak gagasannya yang revolusioner dan mendahului pemikiran para filsuf Pencerahan Eropa seperti John Locke. Conficius menentang penggunaan garis keturunan dalam penentuan status dan kekuasaan. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus melayani rakyatnya dan bukan sebaliknya. Ia kemudian menawarkan aturan moral yang didasarkan pada niat baik yang kurang lebih tergambarkan dalam pernyataan “Jangan perlakukan orang lain dengan cara yang tidak Anda sukai bila menimpa diri sendiri”. Setelah ia meninggal, beberapa pengikutnya kemudian bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Para pengikut Conficius ini kemudian menyebarkan ajaran-ajarannya kepada orang-orang secara lisan. Setelah beberapa generasi kemudain, jaran-ajaran tersebut dibukukan dalam kitab Lun Yu atau Analects yang masih lestari hingga sekarang. Ajaran-ajaran ini kemudian menjadi Landasan Pendidikan Cina sekitar 2.000 tahun hingga tahun 1911. Ketika Revolusi Nasional menggulingkan Dinasti Qing. Selama dua milenium lamanya, pengetahuan tentang aliran Confisianis menjadi persyaratan utama bagi calon Pegawai Negeri di Cina (Lam N. Mark, 2007:18-19).

    Daftar Rujukan :
    Supardi, Nunus, dkk,. 2000. Kelenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
    Wiriaatmadja, Rochiati dkk. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bnadung: Humaniora
    Lam, N. Mark, Graham, John L. 2007. China Now Berbisnis di Pasar Paling Dinamis di Dunia. Jakarta: Gramedia